Di tengah geliat sepak bola Indonesia, nama Persija Jakarta berdiri tegak sebagai salah satu klub paling legendaris, tertua, dan penuh prestasi. Lebih dari sekadar klub sepak bola, Persija telah menjadi simbol semangat, identitas, dan kebanggaan warga ibu kota.
Dibentuk jauh sebelum Indonesia merdeka, perjalanan Persija penuh dengan lika-liku sejarah, mulai dari era kolonial, revolusi kemerdekaan, hingga persaingan modern di era Liga 1. Untuk memahami betapa pentingnya Persija dalam peta sepak bola nasional, mari kita simak sejarah lengkap Club Persija berikut ini.
Awal Berdirinya Persija Jakarta

Persija berawal dari pembentukan organisasi bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) pada 28 November 1928, hanya beberapa minggu setelah Sumpah Pemuda dikumandangkan.
VIJ didirikan oleh tokoh-tokoh nasionalis muda Indonesia, seperti:
- Soetjipto Soerjosoemarno
- Sutan Kamaludin
- A. Hamid
Tujuannya bukan hanya untuk bermain sepak bola, tetapi juga sebagai alat perjuangan melawan diskriminasi rasial di dunia olahraga yang kala itu dikuasai oleh kolonial Belanda. VIJ menjadi wadah bagi para pemain bumiputera untuk bersaing secara sportif di tengah dominasi klub-klub sepak bola Belanda di Hindia Timur.
Peran VIJ dalam Lahirnya PSSI

Pada tahun 1930, VIJ bersama klub-klub dari kota lain, seperti PSIM Yogyakarta, Persebaya Surabaya, dan PSIS Semarang, menjadi inisiator pembentukan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
Dalam kongres PSSI pertama di Yogyakarta, VIJ menjadi salah satu pendiri utama organisasi ini, mempertegas komitmennya terhadap pengembangan sepak bola nasional.
“VIJ adalah pionir perjuangan sepak bola Indonesia, bukan hanya di lapangan, tetapi juga dalam diplomasi nasionalisme melawan kolonialisme,” ujar Sejarawan Sepak Bola Indonesia, Dr. Riza Fahlevi.
Perubahan Nama Menjadi Persija

Setelah Indonesia merdeka pada 1945, VIJ merubah namanya menjadi Persija, singkatan dari Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta.
Nama baru ini dipilih untuk:
- Menyesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
- Menegaskan identitas sebagai wakil resmi ibu kota negara.
- Meninggalkan segala simbol kolonialisme di masa lalu.
Persija kemudian tampil sebagai representasi resmi Jakarta dalam berbagai kejuaraan nasional.
Era Kejayaan Persija Jakarta di Masa Awal

Persija mencatatkan banyak prestasi gemilang di era Perserikatan (kompetisi amatir antar daerah di bawah PSSI), dengan catatan:
- Juara Perserikatan sebanyak 9 kali, termasuk pada tahun 1931, 1933, 1934, 1938, 1951, 1953, 1954, 1964, dan 1973.
- Menjadi salah satu klub tersukses di era pra-Liga Indonesia.
Pada masa itu, nama-nama pemain Persija seperti Ramang, Tjong Auw Ping, dan Maulwi Saelan menjadi legenda hidup sepak bola nasional.
Transformasi di Era Liga Indonesia
Setelah beberapa tahun beradaptasi, puncak keberhasilan era modern diraih saat Persija menjuarai Liga Indonesia musim 2001 di bawah asuhan pelatih Sergey Dubrovin, dengan kapten legendaris Bambang Pamungkas sebagai bintang.
Menyesuaikan Diri dengan Era Profesional
Setelah penggabungan kompetisi Perserikatan dan Galatama menjadi Liga Indonesia tahun 1994, Persija harus beradaptasi dengan model sepak bola profesional.
Era ini juga ditandai dengan:
- Pengelolaan klub yang lebih komersial.
- Rekrutmen pemain asing untuk memperkuat skuad.
- Modernisasi manajemen dan infrastruktur.
Persija Jakarta: Prestasi Besar di Era Liga 1
Di bawah asuhan pelatih Stefano “Teco” Cugurra, Persija menampilkan performa stabil sepanjang musim, dengan dukungan luar biasa dari suporter fanatik mereka, The Jakmania.
Tahun 2018: Tahun Keemasan Macan Kemayoran
Tahun 2018 menjadi salah satu puncak kejayaan modern Persija, dengan mencatat prestasi fenomenal:
- Juara Liga 1 Indonesia 2018, setelah menunggu 17 tahun.
- Juara Piala Presiden 2018.
- Menjadi Runner-up ASEAN Zonal AFC Cup 2018.
Markas Persija: Dari Menteng ke Jakarta International Stadium
Evolusi Homebase Sang Macan
Seiring perjalanan waktu, Persija telah bermarkas di beberapa stadion:
- Stadion Menteng (ikon era Perserikatan, dihancurkan tahun 2006).
- Stadion Utama Gelora Bung Karno (periode keemasan modern).
- Patriot Candrabhaga Bekasi dan Wibawa Mukti Cikarang (masa renovasi GBK).
- Jakarta International Stadium (JIS) — stadion baru megah di Tanjung Priok yang siap menjadi homebase utama Persija.
JIS menjadi simbol baru semangat kebangkitan Persija di era sepak bola modern, dengan kapasitas lebih dari 80.000 penonton.
Rivalitas Klasik: Persija vs Persib
Salah satu bagian tak terpisahkan dari sejarah Persija adalah rivalitas panas dengan Persib Bandung. Rivalitas ini bukan hanya soal sepak bola, tetapi juga soal:
- Kebanggaan kota.
- Loyalitas suporter (The Jakmania vs Bobotoh).
- Sejarah panjang duel sengit sejak era Perserikatan.
Namun, di balik rivalitas ini, tersimpan harapan besar untuk menjaga semangat sportivitas dan persatuan di dunia sepak bola Indonesia.
Deretan Pemain Legendaris Persija
Sepanjang sejarahnya, Persija telah melahirkan dan menaungi banyak pemain bintang:
- Bambang Pamungkas: Ikon sepanjang masa Persija dan timnas Indonesia.
- Ismed Sofyan: Bek kanan legendaris dengan karier panjang di Persija.
- Aliyudin, Greg Nwokolo, Rohit Chand: Pilar sukses di era Liga 1.
Nama-nama ini tak hanya mewarnai prestasi Persija, tapi juga mengukir sejarah dalam kancah sepak bola nasional.
Persija, Lebih dari Sekadar Klub Sepak Bola
Persija Jakarta bukan hanya klub sepak bola, tapi bagian dari perjalanan panjang bangsa Indonesia. Dari perjuangan di masa kolonial hingga kejayaan di era modern, Persija adalah simbol semangat, loyalitas, dan kecintaan terhadap sepak bola.
“Persija itu bukan hanya tentang menang atau kalah. Persija itu tentang cerita, perjuangan, dan keluarga,” ujar Bambang Pamungkas.
Dengan dukungan fanatik dari The Jakmania dan tradisi panjang prestasi, Persija Jakarta terus melangkah menjadi salah satu kekuatan terbesar di sepak bola Asia Tenggara.