Aksi Tak Pantas yang Picu Amarah Publik
Dua Turis Jepang Dideportasi karena Berwisata Pamer Bokong Bali – Dua wisatawan asal Jepang menuai kecaman luas dan akhirnya dideportasi dari Indonesia setelah melakukan tindakan tidak senonoh di kawasan suci Pura Besakih, Karangasem, Bali. Keduanya tertangkap kamera sedang berpose dengan memperlihatkan bagian bokong di lokasi yang sangat dihormati umat Hindu.
Aksi mereka pertama kali viral di media sosial pada awal pekan ini. Dalam foto yang beredar, tampak kedua turis lelaki itu menurunkan celana dan bergaya di hadapan kamera dengan latar belakang bangunan utama pura. Unggahan tersebut memicu kemarahan netizen, terutama warga Bali yang menilai tindakan tersebut sangat melecehkan tempat ibadah.
Kronologi Kejadian Dideportasi
Terekam dan Diunggah di Media Sosial
Insiden terjadi saat kunjungan wisata ke Pura Besakih pada Minggu (7/4/2025). Salah satu pelaku disebut sengaja meminta temannya untuk memotret dirinya dalam kondisi tidak berpakaian lengkap. Tanpa rasa bersalah, foto tersebut bahkan sempat diunggah ke akun pribadi dan menjadi viral dalam waktu singkat.
Warga setempat yang melihat unggahan tersebut segera melaporkannya ke petugas pengamanan pura dan aparat setempat. Pihak keamanan pun segera berkoordinasi dengan imigrasi untuk menindaklanjuti.
Ditangkap dan Diperiksa oleh Imigrasi
Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai bergerak cepat menelusuri keberadaan kedua turis. Mereka berhasil diamankan di salah satu penginapan di kawasan Ubud dan langsung dibawa ke kantor imigrasi untuk dimintai keterangan.
Setelah melalui pemeriksaan, keduanya mengakui perbuatannya. Mereka berdalih tidak mengetahui bahwa lokasi tersebut adalah tempat suci dan mengaku hanya ingin bersenang-senang selama liburan.
Dideportasi Reaksi Keras dari Warga dan Tokoh Adat
Masyarakat Tersinggung Berat
Masyarakat Bali, khususnya tokoh adat Karangasem, menyampaikan protes keras terhadap perilaku tidak etis para wisatawan tersebut. Pura Besakih, yang juga dikenal sebagai Pura Agung Besakih, merupakan tempat suci utama bagi umat Hindu dan simbol spiritualitas masyarakat Bali.
“Kami tidak bisa mentoleransi tindakan seperti ini. Ini bukan soal kesalahan pribadi, tapi pelecehan terhadap warisan budaya dan spiritual kami,” tegas Made Arta, tokoh adat setempat.
Ritual Pembersihan Dilakukan
Sebagai bentuk pemulihan spiritual, pengelola Pura Besakih bersama pemangku adat telah melakukan upacara pembersihan atau pecaruan untuk menetralkan energi negatif akibat perbuatan tersebut.
Sanksi Tegas dari Imigrasi Dideportasi
Deportasi Tanpa Toleransi
Pihak imigrasi menyatakan bahwa kedua WNA Jepang tersebut telah resmi dideportasi pada Selasa (9/4/2025) sore melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
“Perilaku mereka bertentangan dengan norma kesusilaan, hukum, serta adat istiadat Indonesia. Kami tegaskan, tindakan ini tidak bisa ditoleransi,” kata R. Andika Kurniawan, Kepala Kantor Imigrasi Ngurah Rai.
Selain deportasi, keduanya juga masuk dalam daftar penangkalan (blacklist) untuk kembali masuk ke wilayah Indonesia selama lima tahun ke depan.
Dampak pada Citra Pariwisata Bali
Perlu Penguatan Edukasi Budaya bagi Wisatawan
Kasus ini menambah daftar panjang perilaku tidak pantas turis asing di Bali. Banyak pihak mendesak agar edukasi budaya ditingkatkan mulai dari pintu kedatangan bandara, hotel, hingga agen perjalanan.
“Kami akan memperketat aturan dan menyosialisasikan etika berwisata, terutama di tempat suci dan budaya lokal,” ujar I Gusti Agung Rai, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Bali.
Ajakan untuk Hormati Nilai Lokal Dideportasi
Pemerintah Bali dan para pelaku industri pariwisata mengimbau seluruh wisatawan asing agar tidak hanya menikmati keindahan Bali, tetapi juga memahami dan menghormati nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi masyarakat setempat.
Dua Turis Jepang Dideportasi
Kasus dua turis Jepang yang dideportasi karena aksi pamer bokong di kawasan pura suci menjadi pelajaran penting tentang pentingnya etika dan sensitivitas budaya saat berkunjung ke negara lain. Tindakan ceroboh dan tidak menghargai nilai lokal bukan hanya merugikan individu, tetapi juga mencoreng citra pariwisata.
Berwisatalah dengan bijak. Hormatilah setiap tempat yang dikunjungi, karena di balik keindahannya tersimpan nilai yang sakral bagi masyarakat setempat.