Penyebab Penyakit Rematik: Faktor Risiko yang Kerap Diabaikan

Healthy85 Views

Penyebab penyakit Rematik, dikenal secara medis sebagai penyakit reumatoid artritis, merupakan gangguan autoimun kronis yang menyerang sendi dan jaringan sekitarnya. Meski kerap diidentikkan dengan usia lanjut, faktanya penyakit ini juga dapat menyerang usia produktif, bahkan anak-anak. Di balik rasa nyeri yang menyerang sendi hingga menurunkan kualitas hidup penderitanya, ada berbagai penyebab dan faktor risiko yang jarang disadari masyarakat.

Dalam artikel ini, kami mengupas tuntas apa saja penyebab utama penyakit rematik, berdasarkan temuan medis dan pandangan para ahli. Simak selengkapnya!

Apa Itu Rematik?

Sebelum membahas lebih jauh mengenai penyebabnya, penting untuk memahami apa itu penyakit rematik. Rematik bukan satu penyakit tunggal, melainkan kelompok gangguan yang menyerang sistem muskuloskeletal. Terdapat lebih dari 100 jenis rematik, namun yang paling umum adalah rheumatoid arthritis (RA).

RA merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sendi, menyebabkan peradangan kronis, nyeri, dan kerusakan sendi secara bertahap.

Penyebab Utama Penyakit Rematik

Meski penyebab pasti rheumatoid arthritis belum sepenuhnya diketahui, para ahli sepakat bahwa kombinasi antara faktor genetik, lingkungan, hingga gaya hidup turut memengaruhi risiko seseorang terkena penyakit ini.

Berikut beberapa penyebab dan pemicunya:

Faktor Genetik dan Keturunan

Riwayat keluarga menjadi salah satu faktor risiko paling kuat. Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita rematik, maka peluangnya untuk mengalami penyakit ini meningkat signifikan.

Penelitian menunjukkan bahwa gen HLA (human leukocyte antigen), khususnya tipe HLA-DR4, berperan dalam meningkatkan kerentanan terhadap RA. Meski demikian, tidak semua orang yang mewarisi gen ini akan otomatis terkena rematik, faktor lingkungan juga memainkan peran penting.

Penyebab Penyakit Rematik: Infeksi dan Paparan Virus atau Bakteri

Beberapa virus dan bakteri diduga dapat memicu reaksi autoimun dalam tubuh. Paparan terhadap infeksi tertentu dapat menyebabkan sistem imun menjadi “keliru” dalam mengenali sel sehat dan mulai menyerangnya.

Meski belum ada patogen tunggal yang diidentifikasi sebagai penyebab langsung RA, virus Epstein-Barr, parvovirus B19, dan bakteri tertentu seperti Proteus mirabilis kerap dikaitkan dengan kemunculan gejala rematik.

Penyebab Penyakit Rematik: Gaya Hidup Tidak Sehat

Kebiasaan hidup yang buruk dapat meningkatkan risiko terkena rematik. Beberapa di antaranya termasuk:

  • Merokok: Merokok merupakan faktor risiko paling signifikan dalam memicu RA, terutama bagi individu dengan kecenderungan genetik. Asap rokok dapat memicu peradangan sistemik dan mempercepat kerusakan sendi.
  • Kurang aktivitas fisik: Gaya hidup sedentari atau minim gerak dapat memperparah peradangan dan mempercepat kerusakan sendi.
  • Pola makan tidak seimbang: Konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, gula, dan olahan dapat memicu inflamasi kronis dalam tubuh.

Penyebab Penyakit Rematik: Hormon dan Perubahan Imunologis

Perempuan lebih berisiko mengalami rematik dibandingkan laki-laki. Hal ini diyakini berkaitan dengan pengaruh hormon estrogen yang dapat memodulasi respons imun tubuh. Rematik juga kerap muncul atau kambuh selama masa kehamilan atau pasca melahirkan, saat terjadi fluktuasi hormon secara drastis.

Selain itu, perubahan sistem imun karena stres berkepanjangan atau penyakit lain juga bisa menjadi pemicu munculnya gejala rematik.

Paparan Lingkungan

Lingkungan tempat tinggal maupun pekerjaan dapat turut berkontribusi terhadap munculnya RA. Paparan zat berbahaya seperti silika, asbes, dan polusi udara berat dapat meningkatkan risiko inflamasi kronis dan gangguan autoimun.

Studi epidemiologi mencatat bahwa pekerja di industri pertambangan, manufaktur, atau yang terpapar bahan kimia berbahaya, memiliki risiko lebih tinggi terhadap rematik dibanding masyarakat umum.

Obesitas dan Berat Badan Berlebih

Obesitas tak hanya berpengaruh pada kardiovaskular, tapi juga memperburuk peradangan sendi. Lemak tubuh menghasilkan senyawa inflamasi (sitokin) yang dapat mempercepat kerusakan jaringan pada penderita rematik. Selain itu, kelebihan berat badan juga memberikan tekanan berlebih pada persendian, memperburuk rasa nyeri dan pembengkakan.

Pentingnya Deteksi Dini dan Pencegahan

Mengetahui penyebab rematik sangat penting untuk deteksi dini dan tindakan pencegahan. Semakin cepat gejala dikenali dan ditangani, semakin besar peluang pasien untuk hidup normal tanpa komplikasi jangka panjang.

Beberapa gejala awal yang patut diwaspadai antara lain:

  • Nyeri sendi yang menetap lebih dari 6 minggu
  • Kekakuan sendi terutama di pagi hari
  • Bengkak dan kemerahan pada sendi
  • Kelelahan tanpa sebab yang jelas

Jika Anda mengalami gejala tersebut, segera konsultasikan ke dokter spesialis reumatologi.

Penting untuk Menjaga Pola Hidup Sehat

Penyakit rematik bukan hanya perkara usia tua, tetapi lebih kepada kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup. Dengan pemahaman yang baik mengenai penyebabnya, masyarakat dapat lebih proaktif dalam mencegah dan mengelola kondisi ini sejak dini.

Penting untuk menjaga gaya hidup sehat, rutin berolahraga, menghindari rokok, serta menjaga pola makan seimbang demi mencegah inflamasi kronis dan penyakit autoimun seperti rematik.

Rematik mungkin tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, namun dengan penanganan yang tepat, penderita tetap bisa hidup produktif dan berkualitas.